Menyikapi Paham Sekulerisme di Era Modern

 

Menyikapi Paham Sekulerisme di Era Modern

Pendahuluan

Sekulerisme merupakan sebuah paham yang memisahkan agama dari kehidupan publik, terutama dalam politik, hukum, dan pendidikan. Ia berkembang di Barat sebagai hasil konflik panjang antara gereja dan ilmu pengetahuan pada Abad Pertengahan. Namun, ketika paham ini masuk ke dunia Islam melalui kolonialisme dan modernisasi, ia menimbulkan perdebatan panjang. Bagaimana umat Islam menyikapi sekulerisme di era modern menjadi persoalan penting agar umat tidak kehilangan jati dirinya, namun tetap mampu menghadapi tantangan zaman.

Sejarah Singkat Sekulerisme dan Masuknya ke Dunia Islam

Sekulerisme lahir di Eropa sebagai reaksi terhadap dominasi gereja yang dianggap menghambat ilmu pengetahuan dan kebebasan berpikir. Setelah masa Renaissance dan Enlightenment, masyarakat Barat mulai menuntut pemisahan antara agama dan negara. Dari sinilah konsep “sekulerisme” berkembang.

Masuknya sekulerisme ke dunia Islam tidak terjadi secara alami, melainkan dibawa oleh kolonialisme Barat pada abad ke-18 dan ke-19. Negara-negara Muslim seperti Mesir, India, dan Turki menjadi laboratorium penerapan ide-ide sekuler. Tokoh seperti Mustafa Kemal Atatürk di Turki bahkan secara radikal menghapus simbol-simbol Islam dari kehidupan bernegara. Hal ini menjadi awal perdebatan besar tentang hubungan agama dan politik di dunia Islam.

Pandangan Ulama Klasik dan Kontemporer

Dalam tradisi Islam klasik, ulama menegaskan bahwa agama tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Allah, tetapi juga kehidupan sosial. Imam al-Mawardi dalam al-Ahkām al-Sulthāniyyah menekankan pentingnya institusi kekhalifahan sebagai pelindung agama dan pengatur urusan dunia. Bagi ulama klasik, agama dan politik tidak bisa dipisahkan.

Di era modern, banyak ulama kontemporer menolak sekulerisme. Sayyid Quthb dalam Ma’ālim fī ath-Tharīq menegaskan bahwa sekulerisme adalah bentuk jahiliyyah baru karena menyingkirkan hukum Allah dari kehidupan. Abu al-A‘la al-Maududi dari Pakistan juga mengkritik sekulerisme sebagai bentuk penjajahan intelektual yang melemahkan umat Islam.

Sementara itu, Yusuf al-Qaradhawi dalam beberapa karyanya seperti al-Islām wa al-‘Ilmāniyyah menjelaskan bahwa sekulerisme tidak sesuai dengan Islam karena Islam bukan sekadar agama ritual, melainkan sistem hidup yang mencakup seluruh aspek. Beliau menegaskan bahwa Islam mengatur politik, ekonomi, sosial, hingga budaya.

Pandangan Pemikir Muslim Indonesia

Di Indonesia, isu sekulerisme juga menjadi bahan diskusi para pemikir Muslim. H.M. Rasjidi, Menteri Agama pertama RI, menulis buku Islam dan Sekularisme sebagai respon terhadap pandangan Nurcholish Madjid yang mengemukakan slogan “Islam yes, partai Islam no”. Rasjidi menegaskan bahwa sekulerisme berbahaya jika dipahami sebagai pemisahan total antara agama dan kehidupan sosial-politik.

Adian Husaini dalam Wajah Peradaban Barat menegaskan bahwa sekulerisme adalah inti dari peradaban Barat modern, yang kemudian memengaruhi dunia Islam melalui pendidikan, media, dan kebijakan politik. Menurutnya, umat Islam harus kritis agar tidak kehilangan identitas keislamannya.

Contoh Dampak Sekulerisme di Dunia Islam

  • Turki Modern: Setelah runtuhnya Khilafah Utsmaniyah tahun 1924, Atatürk menerapkan kebijakan sekuler radikal: melarang penggunaan bahasa Arab dalam azan, mengganti hukum Islam dengan hukum sipil Eropa, dan menutup madrasah. Dampaknya, generasi Turki terputus dari tradisi Islamnya.

  • Mesir: Pada abad ke-19, Mesir mulai mengadopsi sistem pendidikan Barat. Alhasil, muncul dualisme antara pendidikan agama di al-Azhar dan pendidikan sekuler di sekolah negeri. Dualisme ini melahirkan perdebatan panjang hingga kini.

  • Indonesia: Sekulerisme masuk lewat sistem hukum dan pendidikan peninggalan kolonial Belanda. Meski Pancasila bukan ideologi sekuler murni, namun ada kecenderungan memisahkan peran agama dalam kebijakan negara. Perdebatan tentang peran syariat Islam dalam hukum nasional masih berlangsung hingga kini.

Menyikapi Sekulerisme dengan Bijak

Ada dua sikap ekstrem yang harus dihindari umat Islam. Pertama, menolak total semua hal dari Barat termasuk sains dan teknologi dengan alasan sekuler. Kedua, menerima sekulerisme mentah-mentah hingga melupakan ajaran Islam.

Islam tidak menolak ilmu pengetahuan modern, tetapi menolak filsafat sekuler yang menyingkirkan peran Allah dalam kehidupan. Oleh karena itu, umat Islam perlu mengambil ilmu yang bermanfaat dari Barat, namun tetap menjaga nilai-nilai Islam sebagai landasan utama.

Beberapa langkah menyikapi sekulerisme di era modern:

  • Menguatkan Pendidikan Islam. Generasi muda perlu dikenalkan pada warisan intelektual Islam sekaligus diajarkan sains modern agar tidak tercerabut dari akarnya.

  • Menghidupkan Syariat dalam Kehidupan Sosial. Meski tidak semua negara Muslim bisa menerapkan syariat secara formal, namun nilai-nilai Islam seperti keadilan, kejujuran, dan amanah harus menjadi dasar dalam kehidupan bermasyarakat.

  • Kritis terhadap Wacana Barat. Umat Islam perlu menyaring ide-ide dari Barat, membedakan mana yang bermanfaat dan mana yang bertentangan dengan aqidah.

Hikmah dan Refleksi

Sekulerisme adalah realitas global yang tidak bisa dihindari. Namun, Islam memiliki kekayaan tradisi yang mampu menghadapi tantangan zaman. Kisah sejarah menunjukkan bahwa umat Islam pernah memimpin dunia dengan peradaban yang menyatukan agama, ilmu, dan politik. Di era modern, umat perlu kembali pada identitas itu, dengan memadukan keimanan dan kemajuan.

Kesimpulan

Sekulerisme lahir dari pengalaman sejarah Barat, tetapi ketika masuk ke dunia Islam, ia menimbulkan problem besar. Ulama klasik menegaskan bahwa Islam mencakup seluruh aspek kehidupan, sementara ulama kontemporer seperti Sayyid Quthb, al-Maududi, dan Yusuf al-Qaradhawi menolak sekulerisme karena bertentangan dengan ajaran Islam. Di Indonesia, tokoh seperti H.M. Rasjidi dan Adian Husaini juga mengingatkan bahaya sekulerisme bagi umat.

Menyikapi sekulerisme bukan berarti menolak modernitas, tetapi menempatkan agama tetap sebagai pusat kehidupan. Islam memberikan panduan lengkap agar umat bisa hidup maju tanpa kehilangan jati diri.

Referensi

  • Al-Mawardi, al-Ahkām al-Sulthāniyyah

  • Sayyid Quthb, Ma’ālim fī ath-Tharīq

  • Abu al-A‘la al-Maududi, The Islamic Way of Life

  • Yusuf al-Qaradhawi, al-Islām wa al-‘Ilmāniyyah

  • H.M. Rasjidi, Islam dan Sekularisme

  • Adian Husaini, Wajah Peradaban Barat

Ditulis oleh: Tim Islam Media

Terangi masa depan dengan cahaya Al-Qur'an. Satu gedung bisa melahirkan ribuan penghafal yang akan menjaga kalam Allah. Lewat ekspedisi Iman dari Kata ke Amal, IslamMedia.com ingin membangun Gedung Penghafal Al-Qur'an di pelosok negeri. Bantu anak-anak menjadi generasi Qur'ani..

Ayo donasi via amalsholeh

Posting Komentar untuk "Menyikapi Paham Sekulerisme di Era Modern"