Keutamaan Puasa ‘Asyura Dan Tasu’a

 

Keutamaan Puasa ‘Asyura Dan Tasu’a

Puasa pada hari ‘Asyura (10 Muharram) dan Tasu’a (9 Muharram) adalah amalan sunnah yang sangat dianjurkan. Rasulullah ﷺ memberikan perhatian besar terhadap puasa ini, karena memiliki keutamaan yang luar biasa dalam menghapus dosa serta sebagai bentuk pembeda dari kaum Yahudi.

Dalil Shahih tentang Puasa ‘Asyura

Dari Abu Qatadah al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

“Puasa pada hari ‘Asyura, aku berharap kepada Allah dapat menghapus dosa setahun yang lalu.”
(HR. Muslim, no. 1162)

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma:

“Aku tidak pernah melihat Rasulullah ﷺ begitu bersemangat berpuasa dalam satu hari melebihi hari ‘Asyura dan bulan Ramadhan.”
(HR. Bukhari, no. 2006; Muslim, no. 1132)

Dalil Shahih tentang Puasa Tasu’a

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma:

Rasulullah ﷺ bersabda: “Apabila aku masih hidup sampai tahun depan, sungguh aku akan berpuasa pada hari kesembilan (Tasu’a).”
(HR. Muslim, no. 1134)

Namun Nabi ﷺ wafat sebelum sampai Muharram berikutnya.

Perbedaan Tasu’a dan ‘Asyura

Hari Tasu’a (9 Muharram) dianjurkan agar umat Islam berbeda dengan Yahudi yang hanya berpuasa pada tanggal 10. Sedangkan hari ‘Asyura (10 Muharram) lebih utama karena Nabi ﷺ sendiri berpuasa pada hari ini dan menjelaskan keutamaannya dalam menghapus dosa setahun lalu.

Mayoritas ulama (Syafi’iyyah, Hanabilah) menganjurkan berpuasa dua hari sekaligus, 9 dan 10 Muharram, agar lebih sempurna dalam meneladani Rasulullah ﷺ. Sebagian ulama bahkan menambahkan tanggal 11 sebagai bentuk kehati-hatian.

Penjelasan Ulama tentang Keutamaannya

Imam an-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menjelaskan bahwa disunnahkan berpuasa pada hari Tasu’a dan Asyura sekaligus, karena Nabi ﷺ memerintahkan hal itu. Tujuannya agar berbeda dengan Yahudi yang hanya berpuasa tanggal 10 saja.

Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam Fath al-Bari menyebutkan tingkatan puasa Asyura ada tiga:

  • Paling rendah: hanya puasa tanggal 10 saja.

  • Lebih utama: puasa tanggal 9 dan 10.

  • Paling sempurna: puasa tanggal 9, 10, dan 11.

Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam Zaad al-Ma’ad menegaskan bahwa puasa Asyura termasuk amalan yang diutamakan. Nabi ﷺ tidak hanya menegaskannya dengan lisan, tetapi juga dengan perbuatan.

Keutamaan Bulan Muharram

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sebaik-baik puasa setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, Muharram.”
(HR. Muslim, no. 1163)

Imam an-Nawawi menafsirkan hadits ini sebagai penegasan bahwa puasa di bulan Muharram adalah puasa sunnah yang paling utama setelah Ramadhan.

Ibnu Rajab al-Hanbali dalam Latha’if al-Ma’arif menjelaskan bahwa Muharram termasuk bulan yang dimuliakan Allah (asyhurul hurum). Kemuliaan ini menunjukkan bahwa ia adalah bulan penuh rahmat dan kesempatan untuk meraih ampunan Allah.

Selain itu, dalam Al-Qur’an Allah ﷻ berfirman:

“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ada dua belas bulan, dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram.”
(QS. At-Taubah: 36)

Bulan Muharram adalah salah satu dari empat bulan haram tersebut, bersama Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Rajab.

Hikmah Puasa ‘Asyura dan Tasu’a

  • Menghapus dosa setahun lalu (khusus Asyura).

  • Mengikuti sunnah Nabi ﷺ.

  • Menyelisihi kaum Yahudi dengan menambah puasa Tasu’a.

  • Menjadi bentuk syukur kepada Allah, sebagaimana Nabi Musa ‘alaihis salam berpuasa sebagai bentuk syukur atas pertolongan Allah.

  • Latihan ruhani untuk memperbanyak amal di bulan Muharram, bulan mulia di sisi Allah.

Kesimpulan

Puasa ‘Asyura (10 Muharram) memiliki keutamaan besar yaitu menghapus dosa setahun yang lalu. Untuk menyelisihi Yahudi, Rasulullah ﷺ juga menganjurkan berpuasa pada hari Tasu’a (9 Muharram). Para ulama bahkan menganjurkan untuk menambah dengan puasa 11 Muharram agar lebih sempurna.

Bulan Muharram sendiri adalah bulan Allah yang penuh keutamaan, termasuk bulan haram yang diagungkan. Memperbanyak puasa sunnah di dalamnya merupakan amalan yang sangat dianjurkan.

Referensi

  • Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari

  • Muslim, Shahih Muslim

  • An-Nawawi, Syarh Shahih Muslim

  • Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari

  • Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Zaad al-Ma’ad

  • Ibnu Rajab al-Hanbali, Latha’if al-Ma’arif

Ditulis oleh: Tim Islam Media

Terangi masa depan dengan cahaya Al-Qur'an. Satu gedung bisa melahirkan ribuan penghafal yang akan menjaga kalam Allah. Lewat ekspedisi Iman dari Kata ke Amal, IslamMedia.com ingin membangun Gedung Penghafal Al-Qur'an di pelosok negeri. Bantu anak-anak menjadi generasi Qur'ani..

Ayo donasi via amalsholeh

Posting Komentar untuk "Keutamaan Puasa ‘Asyura Dan Tasu’a"