Menemukan Kebahagiaan Sejati dari Kisah Qorun dan Firaun
Banyak orang beranggapan bahwa kebahagiaan bisa diperoleh lewat tumpukan harta atau kekuasaan yang luas. Padahal, dalam ajaran Islam ditegaskan bahwa rasa bahagia sejati tidak ditentukan oleh apa yang dimiliki, melainkan oleh keadaan hati yang damai dan senantiasa dekat dengan Allah.
Hal ini tergambar jelas dalam kisah Qorun dan Firaun yang menjadi pelajaran penting bagi umat manusia.
Qorun dan Firaun: Cermin Kesalahan dalam Memaknai Bahagia
-
Qorun terkenal sebagai orang yang sangat kaya. Namun, karena kekayaannya itu ia menjadi angkuh dan lupa bersyukur, hingga akhirnya harta yang dibanggakan justru membawanya pada kebinasaan. Ia menjadi bukti nyata bahwa harta melimpah tidak menjamin ketenangan batin.
-
Firaun melambangkan kekuasaan. Sebagai raja yang berkuasa penuh, ia merasa dirinya paling hebat bahkan berani mengaku sebagai tuhan. Tetapi pada akhirnya, kekuasaan besar yang dimilikinya tidak bisa menyelamatkannya dari kehancuran.
Dari kedua kisah ini kita belajar bahwa harta dan kekuasaan hanya memberi kesenangan sesaat, bukan kebahagiaan sejati.
Kebahagiaan Hakiki Ada pada Hati
Islam mengajarkan bahwa pusat kebahagiaan terletak pada hati. Rasulullah ﷺ bersabda bahwa hati adalah penentu baik atau buruknya diri seseorang.
“Sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh. Jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, itulah hati.” (HR. Bukhari-Muslim)
Bila hati bersih dan dipenuhi iman, maka hidup akan terasa tenang dan damai, sekalipun berada dalam keadaan sulit. Inilah kebahagiaan sejati yang tidak mudah pudar, karena bersumber dari kedekatan dengan Allah, bukan dari hal-hal duniawi yang bisa hilang kapan saja.
Bedanya Kebahagiaan Duniawi dan Spiritual
-
Bahagia karena materi: bergantung pada uang, jabatan, atau popularitas. Sifatnya sementara, mudah berubah, dan cepat hilang.
-
Bahagia karena spiritual: muncul dari rasa syukur, iman, dan kedekatan dengan Allah. Sifatnya mendalam, abadi, dan tidak bergantung pada keadaan luar.
Seorang muslim yang memahami hal ini tidak lagi menilai kebahagiaan dari pencapaian dunia, tetapi dari kualitas hubungannya dengan Sang Pencipta.
Relevansi dalam Kehidupan Modern
Di zaman modern, banyak orang terseret dalam gaya hidup konsumtif dan ambisi kekuasaan. Kisah Qorun dan Firaun menjadi pengingat bahwa mengejar kebahagiaan melalui harta dan jabatan semata hanya berujung pada kehampaan.
Sebaliknya, kebahagiaan sejati bisa diperoleh dengan:
-
Menjaga hati dari sifat sombong.
-
Senantiasa bersyukur atas karunia Allah.
-
Mendekatkan diri kepada-Nya lewat ibadah.
-
Menjalani hidup dengan ikhlas dan penuh makna.
Penutup
Kisah Qorun dan Firaun bukan hanya cerita masa lalu, tetapi pelajaran abadi yang relevan hingga hari ini. Bahagia sejati tidak diukur dari seberapa banyak harta atau tingginya kedudukan, melainkan dari seberapa dalam hati kita terpaut kepada Allah.
Hati yang damai bersama Allah adalah sumber kebahagiaan yang sesungguhnya.
Ditulis oleh: Usth Raihanah
Terangi masa depan dengan cahaya Al-Qur'an. Satu gedung bisa melahirkan ribuan penghafal yang akan menjaga kalam Allah. Lewat ekspedisi Iman dari Kata ke Amal, IslamMedia.com ingin membangun Gedung Penghafal Al-Qur'an di pelosok negeri. Bantu anak-anak menjadi generasi Qur'ani..
Ayo donasi via amalsholeh
Posting Komentar untuk "Belajar Bahagia dari Kisah Qorun dan Firaun: Harta & Kekuasaan Bukan Segalanya"