Mengapa Syiah Sangat Mengagungkan Ali bin Abi Thalib?
Pendahuluan
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu adalah salah satu sahabat terdekat Rasulullah ﷺ, menantu beliau, dan termasuk sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga. Dalam sejarah Islam, Ali dikenal sebagai sosok pemberani, ahli ilmu, dan sangat dekat dengan Nabi ﷺ sejak kecil. Namun, dalam kelompok Syiah, penghormatan kepada Ali jauh lebih besar, bahkan mencapai derajat pengagungan yang melebihi sahabat lainnya.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Artikel ini akan membahas latar belakang historis, keyakinan, serta pandangan ulama tentang mengapa Syiah sangat mengagungkan Ali bin Abi Thalib.
Latar Belakang Sejarah
Setelah wafatnya Rasulullah ﷺ, umat Islam dihadapkan pada persoalan kepemimpinan. Kaum Anshar dan Muhajirin akhirnya membaiat Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu sebagai khalifah pertama.
Namun sebagian kecil kelompok menilai bahwa Ali bin Abi Thalib yang seharusnya menjadi khalifah, dengan alasan kedekatan keluarga dengan Nabi ﷺ. Dari sinilah cikal bakal perbedaan pandangan antara Sunni dan Syiah bermula.
Keyakinan Syiah terhadap Ali bin Abi Thalib
Dalam doktrin Syiah, Ali dianggap sebagai washiyy (orang yang diwasiatkan langsung oleh Nabi ﷺ untuk memimpin umat). Mereka meyakini bahwa Ali bukan hanya sahabat, tetapi imam pertama yang diangkat oleh Allah.
Bahkan sebagian Syiah Ghulat (ekstrem) sampai meyakini bahwa Ali memiliki sifat-sifat ketuhanan, sesuatu yang jelas bertentangan dengan ajaran Islam.
Pandangan Ulama Salaf tentang Keyakinan Syiah
Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah pernah berkata:
"Barangsiapa mencela Abu Bakar, Umar, atau Utsman, maka aku khawatir ia telah keluar dari Islam." (Lihat: As-Sunnah karya al-Khallal).
Imam Asy-Syafi’i rahimahullah juga menegaskan kecintaannya kepada Ahlul Bait, termasuk Ali, namun beliau menolak pandangan ekstrem Syiah. Beliau berkata:
"Jika mencintai Ahlul Bait dianggap sebagai Rafidhah, maka saksikanlah bahwa aku adalah Rafidhi. Namun, aku tidak pernah mengutuk sahabat Rasulullah ﷺ." (Diwan asy-Syafi’i, hlm. 88).
Pandangan ini menunjukkan bahwa Ahlus Sunnah menghormati Ali bin Abi Thalib dan Ahlul Bait, tetapi tetap menempatkan mereka secara proporsional sesuai ajaran Rasulullah ﷺ.
Pandangan Ulama Kontemporer
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah menjelaskan bahwa Syiah berlebihan dalam mengagungkan Ali hingga mengangkatnya di atas derajat manusia biasa. Menurut beliau, ini adalah bentuk penyimpangan dari akidah Islam. (Lihat: Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 3/110).
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah juga menegaskan bahwa Ahlus Sunnah wajib mencintai Ali bin Abi Thalib, namun haram mengkultuskannya. Beliau berkata:
"Kami mencintai Ali dengan cinta yang benar, sebagaimana kami mencintai sahabat lainnya. Tetapi kami tidak mengangkatnya ke derajat yang tidak pernah Allah tetapkan untuknya." (Syarh al-Aqidah al-Wasithiyyah).
Hadits Ghadir Khum: Titik Awal Klaim Syiah
Salah satu alasan utama Syiah sangat mengagungkan Ali bin Abi Thalib adalah karena hadits Ghadir Khum. Dalam riwayat disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai pemimpin (mawla), maka Ali adalah juga pemimpinnya." (HR. Ahmad, Tirmidzi).
Kaum Syiah menafsirkan kata mawla di sini sebagai “pemimpin politik dan agama setelah Nabi”, sehingga mereka menganggap Ali adalah khalifah yang sah.
Namun, menurut ulama Ahlus Sunnah, kata mawla dalam konteks ini bermakna “kecintaan, loyalitas, dan penghormatan”, bukan kepemimpinan politik. Imam Syafi’i bahkan menegaskan bahwa hadits ini menunjukkan kemuliaan Ali, tetapi tidak menetapkan kekhalifahan.
Dengan demikian, klaim Syiah bahwa Rasulullah ﷺ mewasiatkan kepemimpinan langsung kepada Ali ditolak oleh Ahlus Sunnah.
Dampak Pengagungan Syiah terhadap Ali di Era Modern
Pengagungan Syiah kepada Ali bin Abi Thalib terus berlanjut hingga saat ini, bahkan menjadi doktrin resmi dalam mazhab Syiah Itsna Asyariah (Syiah Dua Belas Imam).
Di Iran, Irak, dan Lebanon, kecintaan yang sangat besar kepada Ali dan keturunannya menjadi dasar identitas politik dan keagamaan. Ritual-ritual seperti peringatan Asyura (mengenang wafatnya Husain bin Ali di Karbala) menjadi ajang sentral untuk memperkuat doktrin Syiah.
Sementara itu, Ahlus Sunnah tetap menghormati Ali sebagai khalifah keempat, sahabat Nabi yang mulia, dan salah satu dari sepuluh orang yang dijamin masuk surga, tetapi menolak pengkultusan berlebihan.
Hal ini penting dipahami agar umat Islam bisa membedakan antara penghormatan yang sesuai syariat dengan pengagungan yang melewati batas.
Kesimpulan
Syiah sangat mengagungkan Ali bin Abi Thalib karena faktor sejarah, klaim wasiat kepemimpinan, dan penafsiran hadits Ghadir Khum. Namun, Ahlus Sunnah wal Jamaah menegaskan bahwa Ali adalah sahabat mulia, khalifah keempat, dan bagian dari Ahlul Bait, tetapi bukan pewaris tunggal kekuasaan Nabi ﷺ.
Kecintaan kepada Ali harus diiringi dengan cinta kepada sahabat lainnya, karena Rasulullah ﷺ sendiri bersabda: “Janganlah kalian mencela sahabatku. Seandainya salah seorang dari kalian berinfak sebesar Gunung Uhud emas, tidak akan menyamai satu mud (sedikit) infak mereka, bahkan separuhnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Referensi Kitab
-
Ibn Hajar al-Asqalani, Al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah.
-
Imam an-Nawawi, Syarh Shahih Muslim.
-
Ibnu Taimiyah, Minhaj as-Sunnah an-Nabawiyyah.
-
Asy-Syahrastani, Al-Milal wa an-Nihal.
-
Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Majmu’ Fatawa.
-
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Syarh al-Aqidah al-Wasithiyyah.
Ditulis oleh: Tim Islam Media
Terangi masa depan dengan cahaya Al-Qur'an. Satu gedung bisa melahirkan ribuan penghafal yang akan menjaga kalam Allah. Lewat ekspedisi Iman dari Kata ke Amal, IslamMedia.com ingin membangun Gedung Penghafal Al-Qur'an di pelosok negeri. Bantu anak-anak menjadi generasi Qur'ani..
Ayo donasi via amalsholeh
Posting Komentar untuk "Mengapa Syiah Sangat Mengagungkan Ali Bin Abi Thalib?"