Kemuliaan Akhlak: Pahit Dijalani, Manis Hasilnya

 

Kemuliaan Akhlak: Jalan Sulit Menuju Derajat Mulia

Sa‘id bin al-‘Ash radhiyallahu ‘anhu pernah menasihati putranya dengan kata-kata penuh hikmah:

“Wahai anakku, sesungguhnya kemuliaan akhlak itu seandainya mudah dan ringan dilakukan, niscaya orang-orang rendah jiwanya pun akan berlomba-lomba mendapatkannya. Namun kenyataannya, ia adalah sesuatu yang tidak disukai oleh jiwa dan terasa pahit. Tidak ada yang mampu bersabar atasnya kecuali orang yang mengetahui keutamaannya dan mengharapkan pahalanya.”
(Tarikh Dimasyq, 21/137)

Akhlak, Perhiasan Jiwa yang Bernilai Tinggi

Nasihat ini mengingatkan kita bahwa akhlak mulia bukanlah sesuatu yang murah nilainya.
Bila akhlak hanya sebatas senyum palsu atau basa-basi, tentu semua orang bisa melakukannya. Namun akhlak sejati menuntut kesabaran, ketulusan, dan kemampuan menundukkan ego.

Menahan amarah, memaafkan yang menyakiti, berlapang dada terhadap kekurangan orang lain, dan bersabar menghadapi perlakuan yang tidak adil—semua itu terasa berat. Karena itulah hanya orang yang sadar akan keutamaannya dan yakin akan balasan dari Allah yang mampu istiqamah dalam akhlak mulia.

Keutamaan Akhlak dalam Islam

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sesungguhnya orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.”
(HR. Tirmidzi no. 1162, dinilai hasan sahih)

Beliau juga menegaskan tujuan utama diutusnya:

“Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.”
(HR. Ahmad no. 8952, dinilai sahih oleh Al-Albani)

Dari hadis-hadis ini, jelaslah bahwa akhlak bukan sekadar pelengkap agama, melainkan inti dari kesempurnaan iman.

Mengapa Akhlak Itu Berat?

  1. Bertentangan dengan hawa nafsu – jiwa cenderung ingin membalas, bukan menahan.

  2. Butuh kesabaran panjang – akhlak harus konsisten, bukan hanya sesaat.

  3. Memerlukan pengorbanan – sering kali seseorang harus mengalah demi menjaga akhlaknya.

Justru karena sulit itulah, akhlak memiliki nilai tinggi. Sama seperti permata yang mahal karena langka, akhlak mulia menjadi berharga karena jarang dimiliki.

Harapan Pahala yang Agung

Sa‘id bin al-‘Ash menegaskan bahwa hanya orang yang “mengetahui keutamaannya dan mengharapkan pahalanya” yang mampu bersabar.
Artinya, motivasi terbesar berakhlak mulia bukanlah sekadar ingin dipuji manusia, tetapi keyakinan akan balasan dari Allah Ta‘ala.

Allah berfirman:

“Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula).”
(QS. Ar-Rahman: 60)

Penutup

Kemuliaan akhlak memang terasa pahit saat dijalani, tetapi manis hasilnya. Ia berat di dunia, tetapi tinggi nilainya di akhirat.

Karena itu, siapa pun yang ingin mendapatkan derajat mulia di sisi Allah dan manusia, hendaknya bersabar dalam menempuh jalan akhlak mulia.

Sebagaimana pesan para ulama:

“Barang siapa bersabar atas pahitnya akhlak, ia akan merasakan manisnya kemuliaan.”

Ditulis oleh: Usth Sukma

Terangi masa depan dengan cahaya Al-Qur'an. Satu gedung bisa melahirkan ribuan penghafal yang akan menjaga kalam Allah. Lewat ekspedisi Iman dari Kata ke Amal, IslamMedia.com ingin membangun Gedung Penghafal Al-Qur'an di pelosok negeri. Bantu anak-anak menjadi generasi Qur'ani..

Ayo donasi via amalsholeh

Posting Komentar untuk "Kemuliaan Akhlak: Pahit Dijalani, Manis Hasilnya"