Abdurrahman bin Auf: Sahabat Nabi yang Kaya Raya Dan Ingin Jadi Miskin!

 

Kisah Abdurrahman bin Auf: Sahabat Kaya Raya yang Menangis Karena Hartanya

Di balik gemerlap kekayaan dunia, ada sosok sahabat Nabi yang justru takut akan hartanya sendiri. Namanya adalah Abdurrahman bin Auf — sahabat Rasulullah ﷺ yang dikenal sebagai orang terkaya di kalangan kaum Muslimin, namun tetap rendah hati dan penuh ketakwaan.

Abdurrahman bin Auf lahir dari kalangan terpandang, cerdas dalam berdagang, dan diberkahi rezeki yang melimpah. Meski hidup bergelimang harta, tak sedikit pun kesombongan menyentuh hatinya. Justru, semakin banyak hartanya, semakin deras pula air matanya—takut jika kekayaannya menjadi penghalang menuju surga.

Hidup Berkecukupan, Tapi Hati Selalu Takut

Di masa Rasulullah ﷺ, Abdurrahman bin Auf sering dikenal sebagai pedagang ulung. Ia tidak hanya sukses, tapi juga dikenal sebagai dermawan sejati. Dalam satu kesempatan, ia bahkan menyumbangkan setengah dari seluruh hartanya di jalan Allah. Lalu pada waktu lain, ia kembali menyedekahkan 40.000 dinar. Jumlah yang sangat besar, bahkan untuk ukuran saat ini.

Namun, ada satu hal yang selalu membuatnya gelisah—yakni perkataaan Rasulullah yang mengatakan bahwa ia akan masuk surga paling akhir karena hisabnya paling lama akibat banyaknya harta yang dimiliki.

Seketika itu, Abdurrahman bertekad untuk menjadi miskin, berharap agar bisa memasuki surga lebih awal. Tapi ternyata, usaha menjadi miskin pun bukan perkara mudah bagi seorang Abdurrahman bin Auf.

Ingin Jadi Miskin, Tapi Malah Semakin Kaya

Suatu hari setelah Perang Tabuk, para sahabat meninggalkan tumpukan kurma busuk yang tak laku dijual. Melihat peluang, Abdurrahman membeli semua kurma itu dengan harga normal. Banyak sahabat yang bersyukur karena kurma yang tadinya tak berharga kini laku terjual.

Namun, tak lama kemudian, datanglah utusan dari negeri Yaman yang sedang dilanda wabah penyakit menular. Anehnya, kurma busuk diyakini sebagai obat mujarab untuk penyakit tersebut.

Tanpa ragu, utusan itu membeli kurma busuk milik Abdurrahman dengan harga 10 kali lipat dari harga kurma biasa. Niat menjadi miskin pun kembali gagal. Alih-alih bangkrut, kekayaannya justru berlipat ganda.

Sedekah Total, Tapi Tak Lupa Keluarga

Kedermawanan Abdurrahman sempat membuat Umar bin Khattab khawatir. Ia berkata,
"Sungguh aku melihat Abdurrahman bin Auf telah berdosa, karena menyumbangkan seluruh hartanya tanpa menyisakan sedikit pun untuk keluarganya."

Mendengar hal itu, Rasulullah ﷺ bertanya langsung,
"Wahai Abdurrahman, apakah kau meninggalkan sesuatu untuk keluargamu?"

Dengan tenang dan yakin, Abdurrahman menjawab,
"Ya, aku telah meninggalkan sesuatu yang jauh lebih banyak untuk mereka."

Rasulullah bertanya lagi,
"Apakah itu?"
Dan Abdurrahman menjawab penuh keimanan,
"Janji Allah dan Rasul-Nya berupa pahala, ganjaran, dan kebaikan yang kekal."

Bukan Harta yang Membuat Mulia, Tapi Ketakwaan

Abdurrahman bin Auf tidak pernah terikat oleh harta. Ia hanya melihatnya sebagai amanah dari Allah, bukan milik sejati. Tak heran jika dalam setiap kekayaannya, ia selalu menangis—takut jika cinta dunia masuk ke dalam hatinya.

Meski dijamin masuk surga oleh Rasulullah ﷺ, ia tetap khawatir hisabnya akan lama karena hartanya yang melimpah. Ketakutannya bukan karena kehilangan dunia, tapi karena rindu ingin segera bertemu dengan Allah dan Rasul-Nya di akhirat kelak.

Pelajaran dari Sosok Abdurrahman bin Auf

Dari kisah inspiratif ini, kita bisa mengambil beberapa hikmah penting:

  • Jangan pernah sombong dengan harta, karena sejatinya itu hanya titipan dari Allah.

  • Gunakan kekayaan untuk kebaikan, bantu orang lain, sedekah, dan infak di jalan Allah.

  • Kekayaan bukan ukuran kemuliaan, melainkan ketakwaan dan keikhlasan hati.

  • Dalam setiap harta ada hak orang lain, jangan sampai hak itu kita abaikan.

  • Harta tidak bisa dibawa mati, tapi amal dan sedekah akan menjadi bekal abadi di akhirat.

Penutup

Kisah Abdurrahman bin Auf adalah cermin bagi kita semua. Bahwa sehebat apapun pencapaian dunia, jangan sampai menghalangi tujuan utama hidup: bertemu Allah dengan hati yang bersih. Mari belajar dari beliau—berkaya, berdonasi, dan tetap rendah hati.

Jika kamu merasa artikel ini bermanfaat, jangan ragu untuk membagikannya kepada orang-orang terdekatmu. Semoga kisah ini menjadi pengingat dan motivasi untuk kita semua.

Ditulis Oleh: Ust Azzam

Terangi masa depan dengan cahaya Al-Qur'an. Satu gedung bisa melahirkan ribuan penghafal yang akan menjaga kalam Allah. Lewat ekspedisi Iman dari Kata ke Amal, IslamMedia.com ingin membangun Gedung Penghafal Al-Qur'an di pelosok negeri. Bantu anak-anak menjadi generasi Qur'ani..

Ayo donasi via amalsholeh


Posting Komentar untuk "Abdurrahman bin Auf: Sahabat Nabi yang Kaya Raya Dan Ingin Jadi Miskin!"