Jalan Berliku Penuntut Ilmu: Perjuangan, Rintangan, dan Keikhlasan

 

Jalan Berliku Penuntut Ilmu

Perjalanan yang Tidak Mudah

Menuntut ilmu adalah salah satu perjalanan terpenting dalam kehidupan manusia. Ia bukan sekadar aktivitas rutin membaca buku atau menghadiri kelas, tetapi sebuah pengembaraan panjang yang membentuk kepribadian, mengasah akal, dan menguatkan jiwa.

Namun, jalan menuju ilmu bukanlah jalan lurus dan mulus. Ia berliku, penuh tanjakan, dan tidak jarang membuat seorang penuntut ilmu ingin berhenti di tengah perjalanan.

Justru di balik jalan yang berliku itulah tersimpan keindahan. Setiap kesulitan, pengorbanan, dan langkah yang terasa berat akan melahirkan pribadi yang lebih kuat, bijaksana, dan mulia.

Perjuangan di Setiap Zaman

Sejarah mencatat betapa gigihnya para ulama dan cendekiawan dalam menuntut ilmu.

  • Imam Bukhari rela menempuh perjalanan ribuan kilometer hanya untuk memastikan satu hadis benar adanya.

  • Imam Syafi’i sejak kecil sudah menghafal Al-Qur’an di usia tujuh tahun, dan tetap semangat menuntut ilmu meski dalam keterbatasan ekonomi.

  • Di Indonesia, tokoh seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH. Ahmad Dahlan, dan Buya Hamka mengorbankan tenaga serta waktu demi ilmu. Mereka hidup sederhana, jauh dari keluarga, bahkan menghadapi tekanan politik dan sosial.

Semua kisah itu mengajarkan satu hal: ilmu hanya bisa diraih dengan perjuangan serius dan pengorbanan tulus.

Rintangan yang Menguatkan

Jalan berliku penuntut ilmu bukanlah halangan yang harus ditakuti, melainkan ujian yang menguatkan. Beberapa rintangan yang sering ditemui antara lain:

  1. Keterbatasan Materi
    Banyak pelajar berjuang dalam keterbatasan biaya. Namun sejarah membuktikan, banyak orang besar lahir dari keluarga sederhana.

  2. Godaan Waktu dan Kemalasan
    Di era digital, media sosial dan hiburan sering menghabiskan waktu sia-sia. Penuntut ilmu harus mampu mengendalikan diri.

  3. Kegagalan dan Rasa Putus Asa
    Gagal dalam ujian, tidak diterima di sekolah impian, atau bahkan dicemooh, adalah bagian dari perjalanan. Kegagalan justru bisa menjadi batu loncatan untuk kesuksesan.

Kesabaran dan Keikhlasan sebagai Bekal

Setiap penuntut ilmu membutuhkan dua bekal utama: kesabaran dan keikhlasan.

  • Kesabaran membuat seseorang mampu bertahan meski jalannya sulit. Sabar ketika gagal, sabar ketika lelah, sabar ketika harus mengulang.

  • Keikhlasan menjaga niat agar tetap lurus, bukan sekadar demi pangkat, harta, atau popularitas, tetapi demi kebaikan diri dan orang lain.

Dengan dua bekal ini, perjalanan menuntut ilmu tidak akan pernah sia-sia.

Ilmu sebagai Cahaya Kehidupan

Ilmu ibarat lentera yang menerangi jalan gelap. Tanpa ilmu, manusia mudah tersesat dalam kebodohan dan hawa nafsu.

Dengan ilmu, seseorang bisa:

  • Melihat dunia lebih luas

  • Berpikir lebih jernih

  • Bertindak lebih bijaksana

Dalam Islam, kedudukan orang berilmu sangat dimuliakan. Ilmu tidak hanya menjadi bekal dunia, tetapi juga penerang di akhirat.

Menuntut Ilmu di Era Modern

Hari ini, tantangan menuntut ilmu berbeda. Akses informasi begitu mudah, namun justru inilah ujian terbesar: bagaimana memilih dan memanfaatkan ilmu dengan bijak.

Banyak orang terjebak pada:

  • Informasi menyesatkan

  • Pengetahuan setengah-setengah

  • Hiburan yang tidak bermanfaat

Seorang penuntut ilmu sejati tidak hanya rajin belajar, tetapi juga mampu memilah mana yang benar, bermanfaat, dan layak dipelajari.

Selain itu, di era modern kita dituntut untuk belajar sepanjang hayat (lifelong learning). Dunia terus berubah, teknologi berkembang, dan ilmu pengetahuan tidak pernah berhenti.

Meneladani Semangat Para Penuntut Ilmu

Para ulama terdahulu rela berjalan kaki ratusan kilometer hanya untuk berguru. Mereka tidur di masjid, berpuasa untuk berhemat, bahkan meninggalkan kampung halaman bertahun-tahun.

Hari ini, kita bisa mengakses ilmu hanya dengan satu sentuhan layar. Namun sayangnya, banyak yang terlena, malas, atau cepat merasa cukup.

Maka, penting bagi kita untuk meneladani semangat para ulama: kesungguhan selalu mengalahkan keterbatasan.

Penutup

Menuntut ilmu adalah perjalanan panjang yang penuh liku. Kadang terasa sulit, melelahkan, dan penuh pengorbanan. Namun setiap langkah di jalan ini adalah investasi berharga untuk masa depan.

Ilmu akan memuliakan, mengangkat derajat, dan menjadi cahaya penuntun di dunia dan akhirat.

Ingatlah pepatah Arab:

“Man jadda wa jada” – Barang siapa bersungguh-sungguh, maka ia akan berhasil.


Ditulis oleh: Usth Sofi

Terangi masa depan dengan cahaya Al-Qur'an. Satu gedung bisa melahirkan ribuan penghafal yang akan menjaga kalam Allah. Lewat ekspedisi Iman dari Kata ke Amal, IslamMedia.com ingin membangun Gedung Penghafal Al-Qur'an di pelosok negeri. Bantu anak-anak menjadi generasi Qur'ani..

Ayo donasi via amalsholeh

Posting Komentar untuk "Jalan Berliku Penuntut Ilmu: Perjuangan, Rintangan, dan Keikhlasan"