Strategi Penanganan Banjir Rob di Kota Pekalongan
Kota Pekalongan dan Ancaman Banjir Rob
Pekalongan dikenal sebagai “Kota Batik” yang terletak di pesisir utara Jawa Tengah. Namun, di balik keindahan dan budayanya, Pekalongan punya masalah besar yang belum selesai sampai sekarang: banjir rob.
Banjir rob terjadi karena kombinasi topografi datar, penurunan tanah (land subsidence), dan kenaikan permukaan laut (sea level rise). Data menunjukkan, pada tahun 2018 genangan rob sudah mencapai 1.391 hektar (29,97% dari luas wilayah). Hanya dua tahun berselang, pada 2020, angkanya melonjak menjadi 1.730 hektar atau sekitar 37,27% wilayah Kota Pekalongan.
Belum lagi penurunan tanah yang bisa mencapai 25–34 cm per tahun, serta kenaikan permukaan laut sekitar 4,3 mm per tahun. Kondisi ini membuat Pekalongan harus segera mencari solusi nyata.
Upaya Penanganan yang Sudah Dilakukan
Pemerintah bersama berbagai pihak sebenarnya sudah bergerak untuk mengurangi dampak banjir rob. Beberapa langkah yang sudah dilakukan antara lain:
-
Program Pengendalian Banjir dan Rob sesuai Perpres 79 Tahun 2019 dan RPJMN 2020–2024.
-
Revisi Masterplan Drainase 2020 agar sistem drainase kota lebih tertata.
-
Kerja sama dengan universitas (UNDIP, ITB, IPB, MIT) serta lembaga swadaya masyarakat seperti Bintari dan Mercy Corps Indonesia.
Meski begitu, ada tantangan besar yang masih dihadapi, terutama keterbatasan dana, tenaga ahli, dan juga kesadaran masyarakat untuk beradaptasi.
Analisis SWOT Penanganan Banjir Rob
Untuk menyusun strategi terbaik, dilakukan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats). Berikut ringkasannya:
Kekuatan:
-
Dukungan visi-misi Walikota Pekalongan.
-
Adanya bantuan dana pusat dan provinsi.
-
Review Masterplan Drainase sudah tersedia.
-
Payung hukum berupa Perda RTRW 2020.
Kelemahan:
-
SDM masih terbatas.
-
Anggaran APBD kota terbatas.
-
Infrastruktur belum memadai.
-
Sistem drainase masih belum optimal.
Peluang:
-
Dukungan pemerintah pusat, provinsi, dan daerah tetangga.
-
Adanya kolaborasi dengan akademisi, LSM, bahkan pemerintah Belanda.
-
Partisipasi masyarakat yang terus meningkat.
Ancaman:
-
Kesadaran masyarakat terhadap lingkungan masih rendah.
-
Naiknya permukaan laut dan turunnya permukaan tanah.
-
Pendangkalan sungai dan berkurangnya resapan air.
Strategi yang Bisa Dilakukan
Berdasarkan analisis tersebut, ada beberapa strategi penanganan banjir rob di Pekalongan yang bisa dijalankan:
-
Meningkatkan kerja sama antarinstansi – baik dengan pusat, provinsi, maupun daerah tetangga.
-
Sosialisasi regulasi dan masterplan drainase supaya masyarakat ikut mendukung.
-
Meningkatkan kapasitas SDM lewat kerja sama dengan akademisi dan Belanda yang berpengalaman dalam urusan banjir.
-
Percepatan implementasi Perpres No. 79 Tahun 2019, termasuk proyek SPAM Regional Kaliboyo untuk mengurangi penggunaan air tanah.
-
Pelibatan masyarakat dan swasta dalam menjaga infrastruktur dan lingkungan.
-
Edukasi masyarakat lewat tokoh agama, seni, dan media sosial agar lebih peduli lingkungan.
-
Optimalisasi sistem drainase dan pemeliharaan infrastruktur yang ada, seperti pompa, saluran, dan tanggul.
Penutup
Pekalongan tidak bisa menghindari ancaman banjir rob begitu saja. Tapi dengan strategi yang tepat, kolaborasi semua pihak, serta kesadaran masyarakat yang lebih tinggi, dampaknya bisa dikurangi.
Ke depan, kunci keberhasilan bukan hanya ada di tangan pemerintah, tapi juga di masyarakat. Kalau semua ikut bergerak, Pekalongan bisa tetap berdiri kokoh sebagai Kota Batik yang tangguh menghadapi banjir rob.
Ditulis oleh: Bu Guru Eti
Terangi masa depan dengan cahaya Al-Qur'an. Satu gedung bisa melahirkan ribuan penghafal yang akan menjaga kalam Allah. Lewat ekspedisi Iman dari Kata ke Amal, IslamMedia.com ingin membangun Gedung Penghafal Al-Qur'an di pelosok negeri. Bantu anak-anak menjadi generasi Qur'ani..
Ayo donasi via amalsholeh
Posting Komentar untuk "Strategi Cerdas Atasi Banjir Rob di Kota Pekalongan"