Analisis Tingkat Bahaya Longsor Tanah di Banjarnegara
Longsor tanah adalah salah satu bencana alam yang sering banget terjadi di Indonesia, terutama di daerah pegunungan. Dampaknya nggak main-main: bisa merenggut nyawa dan bikin kerugian material besar. Salah satu kejadian yang masih diingat adalah longsor di Dusun Gunungraja, Desa Sijeruk, Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara pada 4 Januari 2006. Tragedi itu menelan lebih dari 100 korban jiwa dan merusak lahan pertanian serta pemukiman warga.
Kenapa longsor sering terjadi di daerah seperti Banjarnegara? Jawabannya ada di kondisi geologi dan iklim. Daerah ini terletak di kawasan pegunungan vulkanik Gunung Pawinihan dengan kemiringan lereng 30–45 derajat. Tambahkan curah hujan yang tinggi, serta jenis batuan yang mudah lapuk, jadilah kombinasi yang bikin tanah rentan longsor.
Faktor Penyebab Longsor
Kalau dirangkum, ada beberapa faktor utama yang bikin tanah di daerah ini gampang longsor:
-
Kemiringan lereng – semakin curam lereng, semakin besar gaya gravitasi yang menarik tanah ke bawah.
-
Curah hujan tinggi – air hujan masuk ke pori-pori tanah, bikin tanah jenuh, berat, dan mudah meluncur.
-
Pelapukan batuan – batuan yang sudah rapuh gampang runtuh saat ada tekanan.
-
Penggunaan lahan – aktivitas manusia seperti membuka hutan atau salah kelola pertanian juga memperparah kondisi.
Nah, dalam penelitian ini, para peneliti mencoba memberi bobot pada setiap faktor. Lereng yang curam mendapat bobot tertinggi, sementara faktor dinamis seperti hujan dan cara mengelola lahan juga dianggap sangat berpengaruh.
Hasil Penelitian: Seberapa Bahaya Longsor di Banjarmangu?
Lokasi penelitian berada di Kecamatan Banjarmangu, Banjarnegara. Daerah ini punya curah hujan tahunan tinggi (9 bulan basah, 2 bulan lembab, 1 bulan kering). Penggunaan lahannya didominasi perkebunan campuran dan permukiman, sementara topografinya berupa lereng miring sampai curam.
Hasil analisis menunjukkan:
-
Kemiringan lereng, pelapukan batuan, struktur geologi, dan tekstur tanah adalah faktor paling dominan.
-
Penggunaan lahan berkontribusi, meskipun bukan faktor tunggal.
-
Tingkat bahaya longsor berbeda-beda di setiap titik karena faktor pemicunya unik.
Artinya, meski peta tingkat bahaya bisa dibuat, hasilnya tetap belum bisa akurat 100% karena tiap longsoran punya cerita sendiri.
Mitigasi: Apa yang Bisa Dilakukan?
Dari hasil kajian, ada beberapa langkah yang direkomendasikan untuk mengurangi risiko longsor:
-
Amati retakan di lahan pertanian – retakan adalah tanda awal potensi longsor.
-
Perkuat saluran pembuang (parit) – banyak longsor dipicu erosi parit saat hujan deras. Dinding dan dasar parit harus diperkuat.
-
Tambahkan material kasar seperti batu di saluran air untuk mengurangi kecepatan aliran dan mencegah erosi.
-
Kelola lahan dengan bijak – hindari membuka hutan sembarangan dan gunakan teknik pertanian konservasi.
Kesimpulan
Penelitian ini menemukan ada 9 satuan bentuklahan di Banjarnegara dengan 5 tingkat bahaya longsor yang berbeda. Faktor utama penyebabnya adalah lereng curam, batuan lapuk, struktur geologi, dan tekstur tanah.
Namun, setiap lokasi punya pemicu khusus, sehingga mitigasi harus dilakukan dengan pendekatan holistik. Dengan perencanaan matang, pengelolaan lahan yang tepat, dan kewaspadaan masyarakat, dampak bencana longsor bisa ditekan seminimal mungkin.
Ditulis oleh: Bu Guru Eti
Terangi masa depan dengan cahaya Al-Qur'an. Satu gedung bisa melahirkan ribuan penghafal yang akan menjaga kalam Allah. Lewat ekspedisi Iman dari Kata ke Amal, IslamMedia.com ingin membangun Gedung Penghafal Al-Qur'an di pelosok negeri. Bantu anak-anak menjadi generasi Qur'ani..
Ayo donasi via amalsholeh
Posting Komentar untuk "Mengupas Tingkat Bahaya Longsor di Banjarnegara: Faktor, Risiko, dan Solusinya"