Maksiat: Luka Tak Terlihat yang Membunuh Hati dan Iman

Maksiat: Luka Tak Terlihat yang Membunuh Hati

Ada saat-saat di mana kita merasa seolah Allah begitu jauh.Shalat hanya terasa sebagai rutinitas tanpa ruh.Al-Qur’an menjadi bacaan tanpa getaran.Doa pun seperti tak mampu menembus langit.

Jika hatimu pernah merasa seperti ini, jangan terburu-buru menyalahkan keadaan.
Mungkin bukan dunia yang berubah—mungkin hatimulah yang terluka.

Luka itu tak terlihat oleh mata, tapi perlahan membunuh cahaya iman.
Luka itu bernama maksiat.

Rayuan yang Menyamar sebagai Kenikmatan

Maksiat tidak pernah datang dengan wajah menakutkan.
Ia hadir dengan rupa yang manis dan suara yang meyakinkan:

"Hanya sebentar… tidak akan ada yang tahu… semua orang juga melakukannya…"

Kita pun lengah.
Satu langkah, lalu langkah berikutnya, hingga akhirnya terperosok.

Saat itu, kita lupa bahwa Allah selalu melihat.
Kita lupa bahwa setiap perbuatan, sekecil apapun, sudah tercatat.
Dan kita lupa, bahwa kelak setiap catatan itu akan dibacakan di hadapan kita.

Saat Hati Perlahan Membeku

Satu dosa akan memanggil dosa lainnya—seperti api kecil yang dibiarkan hingga menjadi kobaran besar.

Hati yang dulu lembut menjadi keras.
Air mata yang dulu jatuh saat mendengar ayat Allah, kini kering dan berat keluar.
Kita mungkin terlihat bahagia di luar, tapi menyimpan kegelisahan yang tak pernah kita ceritakan pada siapa pun.

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:

“Dosa mematikan hati, melemahkan tekad, dan menjauhkan dari jalan kebaikan.”

Air Mata: Jembatan untuk Kembali

Saudaraku…
Mungkin ada dosa yang setiap kali kau ingat, membuat dadamu sesak.
Dosa yang hanya kau dan Allah yang tahu.
Dosa yang membuatmu malu, bahkan pada dirimu sendiri.

Ketahuilah, rasa sesak itu adalah pertanda Allah masih menyayangimu.
Itu tanda bahwa Dia belum membiarkan hatimu mati.
Itu adalah undangan lembut untuk pulang.

Menangislah di hadapan-Nya…
Bisikkan, "Ya Allah, aku malu… aku menyesal… aku ingin kembali…"

Karena setetes air mata karena takut kepada Allah mampu memadamkan api neraka yang menyala-nyala.

Jangan Menunggu Esok

Jangan berkata, "Nanti aku akan bertaubat."
Kita tidak pernah tahu apakah esok masih milik kita.

Kematian tidak memberi kesempatan kedua.
Ia bisa datang saat kita sedang lalai, bahkan di saat kita sedang bermaksiat.

Bayangkan…
Jika ajal menjemput di tengah dosa yang kita lakukan,
bagaimana wajah kita di hadapan Allah?
Apa yang akan kita jawab ketika Dia bertanya:

"Mengapa engkau memilih dunia dan meninggalkan Aku?"

Penutup yang Menggugah Hati

Maksiat itu ibarat madu beracun—manis saat menyentuh bibir, tapi membunuh perlahan dari dalam.

Tinggalkan ia sebelum ia meninggalkanmu dalam keadaan hina.
Jangan biarkan dosa menjadi pakaian terakhirmu ketika kematian menjemput.

Saudaraku, selagi napas masih terhembus dan pintu taubat masih terbuka lebar, pulanglah kepada Allah.
Tak peduli seberapa besar dosa yang kau bawa, rahmat-Nya selalu lebih besar.

Allah berfirman:

“Katakanlah: Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.”
(QS. Az-Zumar: 53)

Bertaubatlah sebelum terlambat…

Karena esok belum tentu ada, dan surga terlalu indah untuk kau lewatkan hanya demi kesenangan yang semu.

Ditulis oleh: Usth feni

Terangi masa depan dengan cahaya Al-Qur'an. Satu gedung bisa melahirkan ribuan penghafal yang akan menjaga kalam Allah. Lewat ekspedisi Iman dari Kata ke Amal, IslamMedia.com ingin membangun Gedung Penghafal Al-Qur'an di pelosok negeri. Bantu anak-anak menjadi generasi Qur'ani..

Ayo donasi via amalsholeh

Posting Komentar untuk "Maksiat: Luka Tak Terlihat yang Membunuh Hati dan Iman"